Hm, Gereja dan Gua Maria Pohsarang berada di lereng sebelah timur Gunung Klothok, tepatnya di Desa Pohsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Kalau tidak menggunakan kendaraan sendiri, agak susah juga untuk menuju Gereja dan Gua Maria Pohsarang,
> Dari arah manapun, naiklah bus dan turunlah di Terminal Tamanan Kota Kediri. Dari Terminal Tamanan sudah banyak papan petunjuk menuju Pohsarang.
> Dari Terminal, bisa naik ojek menuju Gereja dan Gua Maria Pohsarang. Ongkos sekitar Rp 5.000,- s/d Rp 10.000,- sebaiknya negosiasi dulu dengan tukang ojek karena tak
ada kendaraan umum di Pohsarang.
ada kendaraan umum di Pohsarang.
> Jika berkendara sendiri, arahkan kendaraan menuju Terminal Tamanan Kota Kediri. Dari sini ikuti saja papan petunjuk yang ada. Papan petunjuk ini sangat banyak dan kita tak perlu khawatir tersesat. Searah dengan jalan menuju Gereja dan Gua Maria Pohsarang, ada obyek wisata lain, yaitu Air Terjun Irenggolo dan Dolo.
Awalnya, Gereja dan Gua Maria Pohsarang luasnya kecil sekali, hanya terdiri dari Gereja tahun 1936 dan sebuah ampiteater. Masalah muncul karena Gereja sudah tak mampu menampung peziarah yang datang saat Novena yang diadakan bulan Oktober sampai Juni setiap tahunnya. Maka perlu dipikirkan untuk perluasan gereja.
Perluasan Gereja juga mengalami kendala karena banyak warga sekitar yang tak mau menjual tanahnya dengan harga berapapun. Karena di sekitar Gereja banyak umat yang memiliki tanah disana, maka pihak keuskupan mendekati umat dan akhirnya banyak umat yang mau menjual tanahnya, apalagi pihak keuskupan membeli tanah mereka dengan harga empat kali lipat harga pasaran waktu itu dan juga menyediakan lahan pengganti. Dari sinilah komplek peziarahan ini dibangun dan akhirnya bisa kita nikmati seperti sekarang.
Gereja Pohsarang
Gereja Katholik di Pohsarang ini dibangun oleh Ir. Henricus Maclaine Pont pada tahun 1936 berdasarkan permintaan dari Pastor H. Wolters, CM yang memimpin Paroki Kediri pada waktu itu. Peletakan batu pertama dilakukan pada 11 Juni 1936. Bangunan gereja mirip seperti perahu yang menempel di gunung. Gerejanya sendiri terdiri dari dua bangunan, yakni bangunan induk dan bangunan pendapa.
Di dalam bangunan induk terdapat altar dan sakramen mahakudus, Bejana Baptis, sakristi dan tempat pengakuan dosa. Atap gereja berbentuk kubah dan diatasnya terdapat salib yang di setiap ujungnya dipahatkan simbol penulis injil.
Bagian altar gereja terbuat dari batu andesit besar yang dipahat dan diukir gambar rusa yang meminum air (bermakna umat yang dibabtis) dan yang menunggu giliran minum air (bermakna umat yang menunggu giliran dibabtis).
Bagian Dalam Gereja Pohsarang
Bagian belakang altar terdapat tembok dari bata yang tak kalah uniknya karena terbuat dari batu bata tanpa semen. Agar batu bata dapat saling merekat, maka digunakanlah campuran air, kapur dan gula lalu batu bata saling digosokkan hingga saling merekat. Di tembok bata ini juga dipahatkan berbagai macam tokoh seperti keempat penulis injil, hati kudus Yesus, tulisan INRI dan para malaikat serta relief Yesus menggandakan roti.
Seluruh Gereja dikelilingi oleh tembok dari batu bulat yang berasal dari Sungai Kedak yang terletak tak jauh dari Gereja. Di tembok ini terdapat relief jalan salib sebanyak 14 panil dan terbuat dari terakota atau bata merah. Sebelum memasuki Gereja kita akan melewati gapura dari batu andesit bundar yang dibuat melengkung layaknya gapura bentar (gapura dengan atap) pada candi – candi Hindu dan pada bagian atasnya dipasang lonceng.
Ir. Henricus Maclaine Pont pulalah yang juga membangun Museum Trowulan yang runtuh tahun 1960 karena kurang terawat. Jadi, jika kita mengunjungi Gereja Pohsarang maka kita bisa membayangkan bagaimana Museum Trowulan pada awalnya.
Gereja Pohsarang yang memang mengadopsi kultur lokal Kerajaan Majapahit ini telah mengalami beberapa kali renovasi agar tidak rusak. Beberapa renovasi sempat mengutarakan agar bangunan Gereja dirombak, namun hal ini tak pernah dilakukan karena akan mengurangi nilai historis, budaya dan keunikan bangunan Gereja itu sendiri. Pada renovasi tahun 1986, dibuatlah sebuah Gua Maria di utara makam umat atau lebih tepatnya dibagian bawah makam dan disamping Gedung Serba Guna Emaus.
Altar dan Pendopo Gereja Pohsarang
Gereja Pohsarang juga menyatu dengan makam umat Gereja. Makam yang menyatu dengan Gereja ini disebut Kerkhof dalam Bahasa Belanda dan hal lumrah di Eropa, makanya di film – film barat kita sering melihat hal seperti ini. Film terbaru yang saya lihat ada adegan Kerkhofnya adalah Harry Potter And The Deadly Hallows Part 1, adegan Harry dan Hermione mengunjungi makam orang tua Harry di Godric Hollows.
Gua Maria Lourdes
Gua Maria Lourdes
Gua Maria Lourdes terletak jauh dari Gereja Pohsarang. Alasan pertama karena tanah umat yang dijual ke pihak Gereja berada di sekitar tempat ini. Kedua,karena menginginkan konsep seperti Gua Maria Lourdes, Perancis yang terdapat mata air ajaibnya itu, maka pihak Gereja juga menginginkan adanya mata air di dekat gua. Sayangnya, daerah Pohsarang sulit menemukan sumber mata air. Berkat bantuan Romo Julianus Sunarko, SJ yang ahli mencari sumber air, maka diketemukanlah 6 mata air bawah tanah. Berdasarkan letak ke-enam mata air inilah ditentukannya letak Gua Maria.
11 Oktober 1998, dilakukanlah peletakan batu pertama untuk membangun gua. 2 Mei 1999, patung Bunda Maria setinggi 4 meter ini diberkati. Gua Maria dengan tinggi 18 meter dan dibuat menyerupai Gua Maria Lourdes ini selesai pada akhir tahun 1999 ( 26 Desember 1999) rnenjelang pembukaan Yubileum tahun 2000. Selama pembukaan Yubelium tahun 2000, kawasan Pohsarang ini dibajiri peziarah dari seluruh Indonesia.
Di samping Gua Maria terdapat 12 pancuran air. 12 pancuran air ini melambangkan 12 Rasul. Air disini dapat langsung diminum karena telah difilter dengan mesin khusus dan terjamin kebersihannya. Dulunya, saat masih baru, untuk mengambil air,ada beberapa keran khusus yang menggunakan sentuhan, dimana saat kita menyentuhnya, maka air akan keluar. Karena sudah dimakan usia dan banyaknya orang yang lebih menekan alat itu secara berlebihan daripada menyentuhnya, maka rusaklah alat itu dan akhirnya digantilah dengan keran biasa......
Mausoleum Pieta
Mausoleum merupakan bahasa latin dan berarti Makam. Mausoleum Pieta sendiri merupakan makam khusus para Uskup dan Romo di wilayah Keuskupan Surabaya. Pembangunan Mausoleum ini diprakasai oleh Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta karena melihat makam di Kembang Kuning, Surabaya sudah tidak memungkinkan lagi.
Di tempat ini, jenazah para Romo / Uskup tidak akan dimakamkan dalam tanah, tetapi dimasukkan ke dalam sebuah makam bersusun dua. Pada 8 Oktober 2000, Mausoleum Pieta diresmikan. Nama Pieta sendiri berasal dari patung Pieta karya Leonardo Da Vinci yang terdapat tiruannya dalam skala kecil di Mausoleum ini. Dulunya, patung ini berada di Gereja Pohsarang.
Jalan Salib Bukit Golgota
Didekat Gua Maria, telah dibangun pula Jalan Salib sebanyak 14 peristiwa dan pada setiap peristiwa ditempatkanlah patung – patung besar sesuai peristiwa yang terjadi. Jalan Salib ini memutar dan cenderung naik jalannya mengingat daerah Pohsarang berada di lereng gunung. Bagi orang tua, jalan ini sedikit menyiksa, kalau kita masih muda mungkin tak masalah. Jalan Salib Bukit Golgota ini merupakan daya tarik lainnya selain Geraja dan Gua.
Gedung Serbaguna Emaus
Gedung ini berada di lahan yang dulunya merupakan tempat ampiteater berdiri. Pembangunan gedung ini dikarenakan Gereja Pohsarang yang tak mampu lagi menampung peziarah. Di belakang altar dibuatlah relief Kota Yerusalem beserta Bukit Golgota. 11 Oktober 1998, tempat ini diresmikan.
Gedung Serbaguna Emaus atapnya dibuat persis dengan Gereja Pohsarang. Hal ini dilakukan sebagai bengkel pelatihan para pekerja yang kelak ketika Gereja akan direnovasi, maka para pekerja tak akan kesulitan. Hal ini berhasil karena saat renovasi Gereja tahun 1999 berjalan lancar.
Multi Agama
Selain tempat – tempat diatas, komplek ziarah Pohsarang ini masih memiliki beberapa tempat, antara lain Wisma Hening Santa Katarina yang sering digunakan untuk retreat. Perkemahan Bukit Tabor. Columbarium, yang digunakan sebagai tempat penitipan abu jenazah. Pondok Rosario. Wisma Betlehem, tempat yang bisa digunakan peziarah untuk menginap dengan biaya murah.
Salah Satu Adegan di Jalan Salib Golgota
Kawasan Pohsarang ini juga asri, banyak pohon besar tumbuh di sana – sini. Banyak pula bangku sebagai tempat melepas lelah. Serta tak ketinggalan, banyak toilet bersih dan gratis yang tersebar di beberapa tempat.
Karena tempat yang bagus dan nyaman, Pemkab Kediripun memasukkan daerah ini sebagai salah satu tempat wisata andalannya. Walau merupakan tempat ziarah agama Katholik, hal ini tak menyurutkan umat beragama lain untuk berkunjung ke tempat ini dan hal ini tak dilarang. Biasanya, tempat seperti ini kadang – kadang digunakan pemuda – pemudi tak tahu malu untuk bermesraan, maka dari itu, pihak Gereja menerjunkan banyak sekali petugas keamanan di tempat ini lengkap dengn walkie – tolkie yang selalu menyala. Satu hal lagi, karena tempat yang nyaman dan tanahnya dipenuhi tanaman kacang tanah, dilarang piknik dan menggelar acara makan – makan di tempat ini. Banyak papan peringatannya disini dan memang tempat ini untuk berdoa, bukan piknik.
Salah Arah
Ada satu hal yang menggangu dari kawasan Pohsarang, yaitu adanya pedagang di kawasan ini. Hal ini sebenarnya tak masalah, tapi pedagang ini ditempatkan di dalam lokasi, yaitu dalam perjalanan dari Gereja menuju ke Gua Maria. Hal ini banyak dikecam banyak pihak karena menghilangkan unsur religiusnya.
Banyak pula orang awam yang hanya datang ke Gua Maria lalu ke Jalan Salib Bukit Golgota terus pulang. Hal ini benar – benar salah karena bagian terpenting dari Kawasan Pohsarang adalah GEREJAnya. Arsitektur seperti Gereja Pohsarang hanya ada satu dan satu – satunya di Indonesia, mengingat Museum Trowulan sudah dipindah dan di tempat lamanya, bangunannya sudah runtuh serta sudah dibangun bangunan baru untuk Kantor BP3 Trowulan.
Gereja Pohsarang
Jika kesini jangan lupa mengunjungi Gereja Pohsarang yang terletak paling depan. Terserah kita mengunjunginya terlebih dahulu atau sebelum pulang. Hal menarik lainnya adalah adanya Misa Malam Jum’at Legi. Dan juga, misa – misa yang diadakan di Gereja Pohsarang menggunakan Bahasa Jawa dan diiringi dengan gamelan yang membuat suasana semakin menentramkan hati.
Akhir kata,
SELAMAT NATAL 2010