Hm, lokasi Candi Adan – Adan atau yang oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai Candi Gempur terletak di Dusun Candi, Desa Adan – Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Menuju Candi Adan – Adan
> Dari Kota Kediri, arahkan kendaraan menuju ke arah Pare. Sekitar delapan kilometer dari Pasar Gurah atau sekitar satu kilometer selepas Perempatan Gayam, akan ada perempatan lagi yang bernama Perempatan Adan – Adan (Perempatan selepas Puskesmas Adan – Adan).
> Dari Perempatan Adan – Adan, belok kiri dan terus saja hingga menemui pertigaan selepas Gedung Sekolah Dasar. Dari pertigaan ini belok kanan, dan terus saja hingga berjumpa perempatan lagi. Belok kiri dan lurus saja hingga bertemu dengan pemakaman umum di kanan jalan. Lokasi candi berada pada Sepetak kebun penuh pepohonan di
seberang pemakaman umum ini. > Tak ada kendaraan umum untuk menuju lokasi candi berada. Jika menggunakan kendaraan umum, kita bisa menaiki bus jurusan Malang dan berhenti di perempatan Adan – Adan. Dari sini bisa berjalanan kaki sejauh 1,5 Km.
Hiasan Suluran
Candi Adan – Adan berada pada areal perkebunan milik warga setempat. Candi Adan – Adan sendiri masih terbenam di dalam tanah dan apa yang bisa dilihat dari Candi Adan – Adan sekarang hanyalah beberapa komponen batu andesit serta beberapa bata kuno yang tersebar di atas tanah pada lahan perkebunan ini.
Beberapa diantara batu andesit tersebut memiliki ragam hias suluran yang indah dan jarang terlihat di tempat lain. Dua batu yang memiliki ragam hias ini hanya seperempat bagiannya saja yang terlihat dari permukaan tanah. Berdasarkan keterangan penduduk sekitar, dua batu tersebut merupakan arca raksasa penjaga pintu masuk candi. Langsung saja, dalam benak pikiran kami terbayang dua sosok arca dwarapala besar dengan gada pada salah satu tangan mereka. Namun, jika meneliti batu ini secara teliti, tidak nampak bagian – bagian yang lazim dijumpai pada dwarapala. Kemungkinan sepasang batu ini merupakan makara yang lazim dijumpai pada bagian bawah tangga candi. Dan hiasan suluran mirip seperti ini sejauh ini hanya saya ketemukan di Candi Gana, Klaten, Jawa Tengah.
Hiasan Suluran Makara Candi Adan - Adan
Selain itu, terdapat beberapa batu lain yang juga mempunyai ragam hias yang unik. Sedangkan batu yang lainnya mempunyai bentuk seperti singa dengan bagian belakangnya sedikit memanjang seperti jaladwara (talang air), namun tak diketemukan lubang tempat keluarnya air. Mungkin juga batu ini merupakan salah satu komponen penghias candi.
Candi Era Kerajaan Kadhiri
Batu yang lainnya memiliki bentuk kalamakara yang biasa digunakan untuk menghiasi atap candi. Kalamakara ini memiliki bentuk besar dan lonjong ke atas seperti kalamakara candi – candi di Jawa Timur pada umumnya, namun uniknya, pada bagian bawah kalamakara ini tidak memiliki rahang bawah. Kalamakara tanpa rahang bawah merupakan ciri khas kalamakara di Jawa Tengah. Kalamakara ini memiliki bentuk polos yang mengidentifikasikan belum selesai dibuat.
Selain batu andesit, pada Candi Adan – Adan ini juga diketemukan batu bata dalam jumlah besar. Batu bata ini sekarang telah dijadikan bahan baku untuk pembangunan masjid desa setempat sekitar tahun 60 – 70’an. Masjid ini terletak di belakang situs Candi Adan – Adan.
Profesor Soekmono sendiri pernah menyebutkan bahwa Candi era Kerajaan Kadhiri memiliki ciri khas tersendiri antara perpaduan candi di Jawa Tengah dan candi Jawa Timur. Jika ditiliki dari kalamakaranya kemungkinan besar candi ini memang berasal dari era Kerajaan Kadhiri.
Kalamakara Candi Adan - Adan
Namun, dengan banyaknya bata yang diketemukan, kemungkinan juga bata tersebut digunakan sebagai komponen bagian dalam candi dan bagian luarnya diperkuat dengan menggunakan batu andesit. Hal semacam ini sangat lumrah diketemukan pada candi era Kerajaan Majapahit dan sejauh ini bangunan candi yang diketemukan pada era Kerajaan Kadhiri hanyalah Candi Gurah, Candi Tondowongso dan Situs Sumber Cangkring yang kesemuanya terbuat dari batu bata dan letaknya tak jauh dari Candi Adan – Adan ini. Apakah mungkin Candi Adan – Adan ini dibangun pada era Kerajaan Kadhiri dan terus digunakan sampai era Kerajaan Majapahit ? Ataukah mungkin candi ini belum selesai dalam pengerjaannya dan ditinggal begitu saja mengingat adanya hiasan kalamakara yang belum jadi serta beberapa komponen batu candi yang baru diukir setengah jadi yang sekarang dijadikan nisan pada pemakaman di seberang candi ?
Candi Gempuran, Dua Kali Penelitian dan Kisah Mistis
Masyarakat sekitar sangat mengenal Candi Adan – Adan ini. Candi ini oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Candi Gempur atau Candi Gempuran karena candi ini terbenam di dalam tanah.
Masyarakat sekitar juga sangat mengenal akan keberadaan candi ini mengingat banyaknya kisah – kisah mistis yang sulit dijelaskan dengan akal sehat seputar Candi Adan – Adan ini.
Dua Makara Candi Adan – Adan yang kemungkinan Tangga Masuk Candi
Berdasarkan keterangan masyarakat, candi ini pernah dua kali diteliti oleh orang – orang dari Surabaya. Entah mereka memaksudkan Surabaya sebagai orang – orang dari Museum Mpu Tantular yang saat itu terletak di Surabaya atau BP3 Trowulan, yang jelas pada tahun 70’an dan awal tahun 90’an candi ini digali untuk diteliti.
Namun, setiap menggali, lama kelamaan candi ini semakin amblas, dari yang semula hanya terbenam sekitar 3 meter menjadi terbenam sampai sedalam 5 meter !! Bukan hanya itu saja, banyak pekerja yang turut membantu menggali candi yang kebanyakan masyarakat sekitar satu per satu mulai jatuh sakit dan tak jarang ada pula yang meninggal.
Keanehan tak berhenti sampai disitu, arca – arca dari Candi Adan – Adan yang hendak mau dibawa ke Museum menjadi sangat berat walau diangkat oleh banyak orang sekalipun !! Malahan, arca yang sudah dibawa di atas truk membuat truknya oleng hingga tak bisa jalan. Akhirnya diputuskanlah untuk mengubur kembali arca – arca yang ada.
Bebatuan Candi Adan – Adan diantara pepohonan kebun
Masyarakat sekitarpun mulai mengenal tempat ini sebagai tempat yang wingit dan ada dayangnya atau ada makhluk halus penunggunya. Bahkan setelah candi dipendam kembali dan tanah diatasnya dijadikan kebun dan didominasi tanaman Durian Merah, kewingitan dan keangkerannya masih terasa. Sekitar enam tahun lalu, seorang pekerja kebun sudah diperingati warga untuk tidak kencing sembarangan di areal kebun. Walau tidak mengencingi batu candi dan hanya kencing di pepohonan, hal ini berakibat fatal baginya karena tak lama kemudian pekerja tersebutpun jatuh sakit dan jadi gila hingga sekarang. Walau sudah pergi ke rumah sakit maupun ke pengobatan alternatif, penyakitnya tetap tak bisa sembuh.
Candi Hindu
Merupakan suatu keberuntungan bagi kami mendapat banyak kisah seputar Candi Adan – Adan ini dari masyarakat sekitar. "Sampeyan padhos reco nopo wae, wonten teng mriku mas, tapi inggih teng jeru puniko" sabda seorang nenek yang dengan penuh antusias menceritakan sejarah Candi Adan – Adan. Bahkan kata nenek ini ada arca gajah, arca orang hingga arca kebo (kerbau) yang kemungkinan merupakan arca Nandi.
Jika memang itu arca Nandi, kemungkinan besar Candi Adan – Adan berlatar belakang agama Hindu. Saya juga sempat mendapat keterangan bahwa ada arca Ganesha yang dijadikan alas wudhu warga sekitar karena kekurang tahuan mereka, sebab arcanya terbalik dan hanya bagian yang datar yang terlihat. Entah sekarang arca ini dibawa kemana.
Durian merah, Kediri dan Bojonegoro
Sebenarnya, saya sudah dapat selentingan kabar mengenai keberadaan candi ini dari temannya teman saya yang berdomisili di Pare, Kediri. Katanya di Desa Adan – Adan terdapat candi yang dia sebut “Candi Tuyul” karena bebatuannya menyembul begitu saja dari dalam tanah. Namun, posisi tepatnya saya sendiri kurang tahu.
Pada bulan September 2011, baru saya bela – belain ke Kediri karena adanya ekskavasi Komplek Candi Tondowongso oleh BALAR Yogyakarta (Balai Arkeologi). Pada saat di Tondowongso inilah kami mendapat informasi lagi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri bahwa memang di Desa Adan – Adan terdapat candi yang berada di pekarangan rumah penduduk setempat. Berdasar informasi inilah kami segera bergegas kesana.
Seperti yang saya jelasin tadi, Kebun tempat candi ini berada dipenuhi tanaman Durian Merah dan pada saat saya kesana, bunga – bunga durian yang bewarna merah muda tengah bermekaran dimana – mana. Buah durian merah sendiri memiliki daging buah bewarna merah dan katanya lebih legit dan lebih enak dibanding buah durian lainnya. Juga, berdasar keterangan penjaga kebun ini kalau tanaman durian merah lebih sulit tumbuhnya. Selain itu, serakan bebatuan candi tidak hanya berada di kebun ini saja, tetapi di areal persawahan di sekitar kebun yang ditemukan secara tidak sengaja saat masyarakat menggarap lahan pertanian mereka.
Batu Komponen Candi Adan – Adan di areal persawahan
Selain hal diatas, nama Adan – Adan tidak hanya diketemukan di Kediri, melainkan di Bojonegoro juga berdasar Penemuan Prasasti Adan – Adan di Desa Mayangrejo, Kabupaten Bojonegoro. Prasasti Adan – Adan menyebutkan pemberian tanah Sima kepada Desa Adan - Adan oleh Raja Kertarajasa atau Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Dari kedua hal inilah membuat para ahli kebingungan, apakah Desa Adan – Adan yang disebut dalam prasasti merupakan Adan – Adan yang sama yang berada di Kediri dimana terdapat peninggalan lain berupa candi ? Mengingat Desa Adan – Adan yang disebut dalam Prasasti juga telah ada terlebih dahulu sebelum Majapahit muncul.
Dan Candi Adan – Adan atau Candi Gempuran ini sepertinya masih akan terus menyimpan misteri diantara serakan bebatuannya dan diantara tanaman buah durian merah yang berbuah ranum pada bulan Oktober…